Legenda Desa Pallime
Pada suatu hari di dalam daerah
lingkungan kekuasaan Petta Dulunna Ajangale terdapat kaum penjahat yang
mengadakan keonaran dan mengganggu ketertiban masyarakat. Maka sebagai ganjaran
terhadap perbuatannya oleh Petta Dulunna Ajangale mengusir orang-orang pengacau
tersebut.
Kemudian kelompok pengacau
tersebut meninggalkan daerah lingkungan kekuasaan Petta Dulunna Ajangale dan
lari ke jurusan tmur. Dikarenakan Petta Dullunna Ajangale khawatir kalau-kalau
masih ada pengacau yang masih bersembunyi di daerahnya, beliau lalu
menginstruksikan kepada sebagian pasukannya untuk mencari para pengacau tadi ke
arah timur dimana mereka lari. Akhirnya pasukan tersebut tiba pada satu daerah
dimana ditemukan orang di sungai yang sedang menimba air ddari perahunya
kemudian ditumpahkan ke sungai, kegiatan tersebut dalam bahasa bugis adalah
“PALLIME”.
Kondisi Geografis
Desa
Pallime terletak di sebelah barat Desa Ajallase dan Nagauleng Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan
dengan batas –
batas sebagai berikut :
Ø Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cakkeware
Ø Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Latonro
Ø Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ajallase
dan Nagauleng
Ø Sebelah Timur berbatasan Dengan Desa Pusungnge
Jarak
Ibu Kota Desa Pallime dari
Ibu Kota Kabupaten Bone (
± ) 40 km sedangkan Ibu Kota Desa Padang Timur Jarak Ibu Kota Kecamatan Cenrana ( ± )
5 Km dan Luas Wilayah Desa Pallime 900,00 hektar
yang terdiri dari :
1.
Dusun 1 (Wattang Pallime)
2.
Dusun 2 (Pallime)
3. Dusun 3 (Laopo)
Pasukan tersebut bertanya kepada
orang yang menimba air di perahunya, mereka bertanya mengenai pengacau yang
sedang diburunya, maka dijawab oleh orang tersebut bahwa orang-orang yang
mereka cari itu laoni (Artinya: sudah pergi). Setelah pasukan pemburu tersebut
mendapatkan informasi dari orang yang menimba air tadi, maka pulanglah mereka
menghadap ke Petta Dulunna Ajangale bahwa pangacau itu pergi ( Laoni ). Lalu Petta
Dulunna Ajangale bertanya bahwa dimana informasi tersebut didapatkan. Pasukan
itu menjawab bahwa dia mendapatkan dari To Pallime. Mendengar kata To Pallime
maka Petta Dulunna Ajangale menganggap bahwa informasi yang diterimanya oleh
pasukan itu berasal dari orang yang berdomisili di kampung yang bernama
PALLIME, sebab “To” (Tau) berarti orang, sedangkan pengertian “Pallime”
(sebenarnya alat penimba air perahu, tapi bias diartikan pula sebagai kegiatan
menimba air dari perahunya). Tetapi menurut Petta Dulunna Ajangale “Pallime”
itu adalah nama sebuah tempat (kampung) sehingga saat itu nama Pallime
diabadikan menjadi nama desa ini.
Topografi Desa
Tingkat Pendidikan Masyarakat
Semangat
masyarakat Desa Pallime untuk menyekolahkan anaknya cukup tinggi, di lihat dari
anak remaja desa Pallime yang kebanyakan tinggal di luar Desa maupun di
kabupaten bone untuk sekolah. Wilayah Desa Pallime untuk saat ini hanya
memiliki 3 Sekolah Dasar ( SD ) dan 1 Sekolah Menengah Pertama yang terletak di
Dusun 1,2 dan 3. Dan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
seperti SMA dan Perguruan Tinggi maka anak – anak Desa pallime harus
melanjutkan di luar Desa Pallime dengan menggunakan katingting dan kendaraan
roda dua.
Sedangkan masyarakat yang bisa melanjutkan keperguruan
Tinggi masih sangat terbatas akibat banyaknya biaya yang dibutuhkan karena
jarak perkuliahan sangat jauh dari wilayah Desa Pallime
0 komentar:
Posting Komentar